Seminar Fisika (Edisi Mei 2025)

Using Physics Thinking to Navigate Complex Business Problem

Bandung – Pada Kamis, 28 Mei 2025, Program Studi Fisika kembali kedatangan tamu untuk berbagi bagaimana ilmu fisika dapat diterapkan juga pada bidang lain. Kali ini program studi Fisika kedatangan tamu seorang VP Corporate Banker dari PT. Bank Permata, Tbk., pak Yusuf Arsali. Beliau merupakan lulusan dari jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung (Fisika 2003). Pak Yusuf akan berbagi bagaimana belajar Fisika dapat membantunya bekerja dalam bidang perbankan.

Sebagai pembuka, pak Yusuf menjelaskan bahwa dalam industri keuangan yang terlihat penuh peluang, dua pendekatan pemikiran fundamental—pemikiran sistem dan pemikiran analitis—akan tetap sangat relevan dan penting hingga tahun 2030. Kedua cara berpikir ini bukan hanya sekadar soft skill, melainkan fondasi esensial untuk navigasi dan kesuksesan. Dalam dua pemikiran tersebut, menurut pak Yusuf, merupakan hal yang pasti dimiliki oleh setiap mahasiswa Fisika dimana mahasiswa cenderung akan berusaha dan dilatih menyelesaikan permasalahan atau persoalan yang dihadapi. Pak Yusuf memberi contoh tentang penyelesaian soal-soal di buku Boas untuk mata kuliah Fisika Matematika yang tentu dialami oleh setiap mahasiswa Fisika.

Tiga Hal Penting untuk Masa Depan

Menurut Pak Yusuf, sebagai lulusan Fisika nantinya kita perlu mempertahankan tiga hal penting berikut, baik untuk bekerja di bidang perbankan, maupun bidang lain.

  1. Memecahkan Masalah dalam Skala Besar (Pemikiran sistematik dan analitik): Ini adalah inti dari menemukan dan menciptakan nilai. Kebanyakan lulusan Fisika jika diberi masalah cenderung akan berpikir terlalu detil bahkan hingga ke desain teknisnya, biasanya saat pertama kali ditanya tentang solusi suatu masalah kita akan bertanya, darimana akar permasalahannya? Begitu juga di perbankan, dalam menciptakan solusi tertentu kita perlu bertanya: “Siapa target pasar kita?”, “Seperti apa pasarnya untuk pelanggan kita?”, dan “Bagaimana cara kerja ekosistem bisnis secara keseluruhan?” Konsultan profesional bahkan menggunakan pendekatan ini untuk memahami cara berpikir secara strategis. Kita harus bisa menjaga kesederhanaan dalam berpikir, tetapi selalu tahu apa yang ingin kita capai. Dalam menjalankan bisnis, ini berarti memastikan setiap fungsi selaras dengan tujuan keseluruhan.
  2. Menjembatani Dua Dunia (Manajemen Risiko): Industri keuangan, khususnya, menuntut kemampuan untuk menjembatani perspektif yang berbeda terutama bagi kita dari Fisika yang terjun ke dunia perbankan. Ini sangat terlihat dalam manajemen risiko, di mana kita harus memahami potensi ancaman sambil tetap melihat peluang. Gunakan kemampuan berpikir kritis dan analitis kita sehingga kita bisa terus menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi.
  3. Menciptakan, Bukan Hanya Melewati: Di dunia yang bergerak cepat, kita tidak bisa hanya menjadi konsumen. Kita harus menjadi pencetus. Seperti memikirkan apa yang bisa kita ciptakan atau lakukan agar kita bisa bertahan dan berkembang di mana pun kita berada, beradaptasi dengan perubahan, dan selalu relevan. Kita harus bisa memimpin realisasi dan pengembangan ide yang kita cetuskan agar bisa diadaptasi dalam berbagai persoalan.

Setelah penjabaran dari Pak Yusuf muncul pertanyaan seperti bagaimana kita bisa mengembangkan kepemimpinan dalam bekerja dan sejak dini. Menurut pak Yusuf, ntuk mengembangkan kepemimpinan yang efektif di tengah dinamika ini, kita perlu memahami bahwa pemikiran analitis adalah fondasinya. Kepemimpinan membutuhkan lebih dari sekadar analisis; ia membutuhkan kemampuan untuk menginspirasi juga. Salah satu aspek krusial dari kepemimpinan adalah keterampilan komunikasi yang kuat.

Bagaimana cara membangunnya? Salah satu cara terbaik adalah dengan memperhatikan lingkungan di sekitar kita—cari tahu di mana kita bisa belajar, dan jangan meremehkan kegiatan sederhana yang dapat memicu pengembangan. Sebagai saran konkret, mulailah dengan menentukan tujuan yang jelas. Misalnya, jika tujuannya adalah menghasilkan bisnis baru, identifikasi kekuatan dan kelemahan Anda (analisis SWOT). Kemudian, langkah selanjutnya tentukan bagaimana meyakinkan mitra untuk mengikuti visi Anda—ini adalah bentuk nyata dari kepemimpinan.

Pada akhirnya, penting untuk selalu menunjukkan apa yang sudah kita lakukan secara konkrit dalam suatu kegiatan atau dengan kata lain “menonjolkan” diri kita secara baik tentang apa yang kita kerjakan agar dapat menyakinkan calon mitra dan bersaing dalam berbagai hal.

Program Studi Fisika mengucapkan terima kasih kepada pak Yusuf atas kesediaannya membagikan ilmu yang dimiliki. Semoga dengan seminar ini mahasiswa semakin termotivasi dalam mempelajari dan mengembangkan skill mereka. Kami juga mendoakan kelancaran untuk pekerjaan pak Yusuf kedepannya. Sampai jumpa di Seminar Fisika lainnya!